Kamis, 09 Januari 2014

FAKTOR FAKTOR YANG MEMELIHARA KEMISKINAN

Susunan faktor-faktor yang menghambat pemberdayaan individu dan komunitas sangat mungkin tidak ada hubungannya dengan masalah ekonomi global atau kondisi makroekonomi , tetapi merupakan refleksi langsung dari kondisi manusia Indonesia. Indeks korupsi yang tinggi, indeks pembangunan manusia  yang rendah, angka kematian ibu melahirkan yang tinggi, indeks penguasaan teknologi yang rendah, kesemuanya merupakan fakta atau bukti bahwa akar masalah kemiskinan terdapat pada kualitas sumber daya manusia yang rendah. Karena itu lebih relevan dalam konteks pemberantasan kemiskinan di Indonesia untuk menangani faktor-faktor sosial yang berkontribusi pada keberlangsungannya. Itulah esensi yang sebenarnya dari masalah kemiskinan di Indonesia.
Terdapat lima faktor utama yang memelihara kelangsungan kemiskinan sesudah hal itu eksis
Ketidaktahuan berarti tidak memiliki informasi atau pengetahuan yang dibutuhkan. Ketidaktahuan merupakan faktor utama kemiskinan permanen karena mencegah seseorang dari melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Ketidaktahuan juga berkontribusi dalam faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit dan ketidakjujuran.
Apati atau kelesuan semangat berarti ketidakmampuan untuk menaruh perhatian, tidak bermotivasi untuk bertindak, ketidakpedulian, atau merasa tidak berdaya untuk mencoba memperbaiki sesuatu, termasuk tidak termotivasi untuk meningkatkan kondisi hidupnya. Kadang-kadang orang dengan sikap mental ini mencari pembenarannya melalui ajaran agama dengan mempersepsikan bahwa segala sesuatu termasuk nasib seseorang telah ditentukan oleh Tuhan (takdir), dengan demikian manusia hanya bisa bersikap pasrah. Dengan sendirinya apati menyebabkan orang terjebak di dalam kelangsungan kemiskinannya sendiri. Apati juga rentan menyebabkan ketergantungan dan berkontribusi dalam faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit.
Penyakit, termasuk gangguan psikologi dan gangguan mental merupakan faktor utama kemiskinan oleh karena produktivitas menjadi rendah bila angka kesakitan tinggi dan sebaliknya. Juga, upaya penyembuhan penyakit akan menyedot banyak sumber daya ekonomi dan berkontribusi pada faktor-faktor yang menyebabkan apati dan ketergantungan.
Bilamana sumber daya yang dimaksudkan untuk menyediakan fasilitas dan melayani kebutuhan masyarakat masuk ke kantong pribadi seseorang karena kekuasaan atau posisi tertentu, maka apa yang terjadi lebih dari sekedar masalah moralitas. Para ahli ekonomi mengistilahkan dengan “efek penggandaan”  untuk menerangkan bahwa dampak positif pada ekonomi dari suatu jumlah tertentu investasi yang diberikan adalah jauh melebihi jumlah investasinya yang semula. Demikian pula sebaliknya. Dampak negatif pada ekonomi masyarakat dari suatu jumlah tertentu anggaran pembangunan yang dikorupsi adalah jauh melebihi nilai yang dikorupsi itu. Ketidakjujuran yang mencakup korupsi, kolusi, nepotisme, suap, money politics dan penggelembungan anggaran, merupakan faktor utama yang memelihara kontinuitas kemiskinan di Indonesia dan berkontribusi pada faktor-faktor yang menyebabkan tingginya angka kesakitan masyarakat, kebodohan dan ketergantungan.
Ketergantungan adalah suatu sikap atau kepercayaan bahwa seseorang tidak dapat menolong dirinya sendiri dan bahwa ia harus bergantung pada bantuan dari luar. Dalam jangka pendek, seperti sesudah terjadinya wabah dan bencana alam, bantuan mungkin sangat dibutuhkan untuk bertahan hidup. Tetapi dalam jangka panjang, bantuan dapat menumbuhkan ekspektasi yang terlalu besar pada penerima sehingga melemahkan kemandiriannya. Ketergantungan atau ketidakmampuan menggerakkan sumber daya sendiri merupakan faktor utama kemiskinan dan berkontribusi pada timbulnya apati.
Kelima faktor primer akar masalah kemiskinan yang telah diidentifikasi tersebut selanjutnya berkontribusi pada faktor-faktor sekunder seperti rendahnya daya beli, ketiadaan pasar, keterbatasan infrastruktur, kurang kepemimpinan, tata kelola pemerintahan yang buruk, pengangguran, kurang keahlian, kekurangan modal, ketidakmampuan memutuskan, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar